Halaman

Senin, 25 Maret 2013

TEORI PERKEMBANGAN MANUSIA


E. Teori Perkembangan Manusia
Teori perkembangan manusia tersebut ialah :
a) Teori Nativisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia itu akan ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor-faktor yang dibawa oleh individu pada waktu dilahirkan. Menurut teori ini sewaktu individu dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu, dan sifat-sifat inilah yang akan menentukan keadaan individu yang bersangkutan, sedangkan faktor lain yaitu lingkungan, termasuk di dalamnya pendidikan dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan individu itu. Teori ini dikemukakan oleh Schopenhouer. Teori ini menimbulkan pandangan bahwa seakan-akan manusia telah ditentukan oleh sifat-sifat sebelumnya, yang tidak dapat diubah, sehingga individu sangat tergantung kepada sifa-sifat yang diturunkan oleh orang tuanya.
b) Teori Empirisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan seseorang individu akan ditentukan oleh empirinya atau pengalaman-pengalamannya yang diperoleh selama perkembangan individu itu. Termasuk pendidikan yang diterima oleh individu itu. Teori ini dikemukakan oleh John Locke, juga dikenal dengan teori tabularasa, yag memandang keturunan atau pembawaan tidak mempunyai peranan. 
c) Teori Konvergensi
Teori ini merupakan teori gabungan (konvergensi) dari kedua teori tersebut di atas, yaitu suatu teori yang dikemukakan oleh William Stern baik pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting di dalam perkembangan individu. Perkembangan individu akan ditentukan baik oleh faktor yang dibawa sejak lahir (faktor endogen) maupun faktor lingkungan (termasuk pengalaman dan pendidikan) yang merupakan faktor eksogen. Penelitian dari W. Stern memberikan bukti tentang kebenaran dari teorinya. W. Stern mengadakan penelitian dengan anak-anak kembar di Hamburg. Dilihat dari segi faktor endogen atau faktor genetik anak yang kembar mempunyai sifat-sifat keturunan yang dapat dikatakan sama. Anak-anak tersebut dipisahkan dari pasangannya dan ditempatkan pada pengaruh lingkungan yang berbeda satu dengan yang lain.
F. Karakteristik Perasaan
a) Bersangkut paut dengan gejala pengenalan. Perasaan yang berhubungan dengan peristiwa persepsi, merupakan reaksi kejiwaan terhadap stimulus yang mengenainya. Ada yang mengalami keadaan sangat menyenangkan, tetapi sebaliknya juga ada yang biasa saja, dan bahkan mungkin ada yang mengalami perasaan yang kurang senang. Dengan demikian, sekalipun stimulusnya sama, tetapi perasaan yang ditimbulkan oleh stimulus tersebut dapat berlain-lainan.
b) Perasaan bersifat subjektif, lebih subjektif bila dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa kejiwaan yang lain. Sekalipun stimulusnya sama, perasaan yang ditimbulkan dapat bermacam-macam sifatnya sesuai dengan keadaan masing-masing individu.
c) Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang yang tingkatannya tidak sama. Walaupun demikian ada sementara ahli yang mengemukakan bahwa perasaan senang dan tidak senang hanyalah merupakan salah satu demensi saja dari perasaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar